Rabu, 17 Mei 2017

Cinta Itu Dua Hati, Bukan Tiga.

“Cowok itu di mana-mana sama aja, tukang selingkuh!”
Well, mungkin kamu aja yang nggak cukup pintar dan mau belajar dari kesalahan, makanya terjerumus di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Cowok itu beda-beda, sama seperti cewek, mereka juga nggak mau disama-samain atau dibanding-bandingin. Nggak percaya setiap cowok berbeda? Coba liat bijinya. Ada yang sebelah kanan lebih gede, ada yang sebelah kiri lebih naik. Nggak semua cowok suka selingkuh, dan nggak semua cewek cengeng.
Oke tulisan barusan nggak nyambung, karena gue cuma pengen aja nulis gitu.

Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Seperti judulnya, isi tulisan ini adalah soal perselingkuhan. Soal kepercayaan yang dirusak, soal cinta yang disia-siakan, soal kekhawatiran yang menjadi percuma, soal waktu yang terbuang sia-sia, soal hati yang sesak dan terluka, soal isi kepala yang semrawut bagai jembut, soal rasa rindu yang digantikan rasa benci, soal kondom-kondom yang belum sempat terpakai. Soal memilih orang yang salah.
Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Itulah kenapa tetek ada dua, buat dipegang dua tangan saja, bukan empat tangan dari dua orang yang berbeda. Itulah kenapa lambangnya <3, karena cinta itu kurang dari tiga. Itulah kenapa saya meninggalkanmu, sebab saya tak bisa membagimu seujung kuku pun. Ya, saya egois soal memiliki. Saya nggak pernah suka ada “dia”.
Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Itulah kenapa hanya Adam dan Hawa yang diciptakan, bukan Adam dan Hawa dan Kosasih, bukan juga Adam dan Hawa dan Tarmijan. Begitu banyaknya pembenaran untuk mereka, sebanyak kebohongan yang mereka lontarkan setiap kali mencari alasan.

Cinta itu dua hati, bukan tiga.
“Kamu ga bisa ngertiin aku, sementara dia bisa!”
“Tetek kamu kotak kayak cetakan tahu!”
“Titit kamu bercabang, warnanya ijo army!”
Hey. Bukankah mencintai itu perihal mengisi kekurangan satu sama lain? Bukankah mencintai itu ketika kamu bisa menutup mata akan keburukan masa lalunya? Bukankah mencintai itu perihal beradaptasi dan mentolelir setiap perbedaan yang ada? Entahlah. Rasanya kayak 1 kekurangan menjadi 1000, 1000 kebaikan menjadi 1. Mungkin ia masih mampu mencari sejuta kekurangan pasangannya lagi.

Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Saya nggak ngerti gimana dia yang lagi selingkuh bisa tega membohongi pasangannya yang mungkin lagi mengkhawatirkan keadaannya. Apa rasanya mencium bibir orang lain ketika satu-satunya yang pasanganmu cium adalah aroma pewangi ruangan? Apa rasanya memeluk tubuh orang lain ketika tubuh pasanganmu hanya memeluk guling? Apa rasanya meniduri orang lain ketika pasanganmu berkata “pulang hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut…”? Apa rasanya terbangun di sisi orang lain ketika pasanganmu mengirimimu pesan “selamat pagi, jangan lupa sarapan ya, semangat kerja…”?
Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Rasa kurang bersyukur itu seperti ketika kamu membagi kelaminmu ke sana ke mari, di saat jomblo-jomblo hanya bisa coli. Tapi tak apa, coba doakan dia bahagia, agar dia tak perlu lagi mengambil kebahagiaan orang dengan pergi bersama selingkuhan.

Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Pada akhirnya, bukan waktu yang akan menyembuhkan, tapi rasa ikhlas untuk melepaskan. Melepaskan semua yang pernah ada dan terjadi. Amarah dan rasa benci pasti datang, namun, biarkan kerelaan yang menang. Gapapa nangis, sebab itu adalah cara tersehat untuk melepaskan kemarahan. Gapapa dibilang anak kecil karena ngeblock semua medsos dan kontaknya, kalo itu emang bikin kamu tenang dan menjauhkan dia dari pikiranmu. Gapapa nggak mau ketemu, kalo itu bisa menghindari kamu dari nonjokkin dia dan ngejepret bijinya. Jangan biarkan orang lain ngatur gimana kamu harus melewati patah hati kamu, toh kamu yang merasakan gimana sakit dan kecewanya. Mereka tau apa?

Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Komitmen, kesetiaan, dan kepercayaan itu satu paket. Ketiganya bagaikan tiang yang menyangga suatu hubungan, hilang satu, runtuh. Itulah kenapa sebaiknya kamu menyelesaikan hubungan yang sudah dinodai perselingkuhan, sebab kamu tak bisa berteduh di rumah yang dinding-dindingnya telah runtuh.
Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Untuk siapapun yang diselingkuhi, saya nggak punya kata-kata lain untuk kamu selain sabar. Sabar melewati kemarahan dan kebencian yang setiap hari menghantui, sabar menjalani hari-hari penuh bayang-bayang kebrengsekan mereka, dan sabar menanti datangnya orang yang lebih pantas dan tepat. Jangan terburu-buru, biarkan lukamu sembuh dulu. Sebab ia yang tepat, pantas mendapatkan hatimu yang utuh.

Cinta itu dua hati, bukan tiga.
Untuk siapapun yang berselingkuh, saya hanya mendoakan semoga orang yang bikin kamu mengkhianati pasanganmu itu memang lebih baik, sebaik-baiknya orang. *btw kalo orang baik emang mau jadi selingkuhan?*
Semoga ia lebih peduli, lebih mau mendengarkan, lebih rajin mendoakan, lebih tak kenal lelah mendukung, lebih perhatian, lebih sering ngirimin makanan, lebih mau merawat ketika kamu sakit, lebih tulus tanpa tuntutan. Dan semoga, kamu tak perlu mengemis untuk kembali kepada yang telah kamu lukai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar